DIANTAR orangtua, mobil antar jemput, hingga ojek online, mungkin jadi privilese yang dimiliki para pelajar di kota besar. Namun tahukah Anda, masih banyak pelajar yang harus menempuh jalan terjal untuk belajar setiap hari?
Seperti sejumlah anak di Desa Leuwi Ipuh, Kecamatan Banjarsari, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Untuk bisa mengenyam pendidikan atau sampai ke sekolah, mereka justru harus bertaruh nyawa setiap harinya.
Langkah kaki mereka pun bisa terhenti dalam sekejap jika tak hati-hati melintasi jembatan gantung yang sudah tidak layak dan reyot. Dengan ketinggian 10 meter dari pemukaan sungai, jembatan gantung yang terbuat dari batang bambu sepanjang 70 meter, harus mereka lewati setiap harinya.
Baca Juga: Puluhan Perusahaan di Banten Ajukan Penangguhan UMK 2020
Tak ada pilihan, karena jembatan tersebut merupakan akses utama dan satu-satunya bagi para siswa untuk bisa sampai ke sekolah. Sudah puluhan tahun para siswa dan masyarakat setempat harus bertaruh nyawa saat melintasi jembatan bambu reyot di atas sungai.
Mereka secara bergantian berjalan menyeberangi sungai, dengan tangan-tangan kecil memegang erat kawat dan bambu.
Kadang ada yang sengaja menyeberang tanpa mengenakan alas kaki demi kenyamanan.
Laporan wartawan Kabar Banten, Nana Djumhana, jalur alternatif memang ada. Namun mereka harus memutar dan berjalan kaki sejauh lima kilometer untuk bisa tiba di tempat mereka menimba ilmu.
Baca Juga: BPBD Kabupaten Bekasi Tetapkan 8 Kecamatan Rawan Banjir
Artikel Pilihan