PIKIRAN RAKYAT - Harus diakui, kehadiran TNI membawa perubahan signifikan terhadap kualitas air Sungai Citarum. Meskipun demikian, kita tidak bisa terus-menerus bergantung kepada mereka untuk menjaga Citarum.
Tanpa terasa, Program Citarum Harum sudah memasuki tahun kelima. Secara nyata, kita dapat melihat perubahan signifikan terhadap sungai sepanjang 270 kilometer tersebut. Di beberapa daerah langganan, banjir masih terjadi. Akan tetapi, durasi air menggenang di permukiman warga sudah jauh lebih singkat. Genangan air lebih cepat surut.
Indeks kualitas air (IKA) Sungai Citarum pun meningkat signifikan. Sebermula, tatkala Program Citarum Harum dimulai, seiring dengan terbitnya Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2008, IKA Sungai Citarum hanya 33,43 poin. Kalakian, Citarum berstatus cemar berat, bahkan sempat menyandang predikat sebagai salah satu sungai paling kotor di serata dunia.
IKA Sungai Citarum tahun 2022 memang belum dirilis. Meskipun demikian, berdasarkan perkiraan, IKA di atas 50 poin tetap dapat dipertahankan. Itu berarti, Citarum tetap berstatus cemar ringan. Tak heran jika kemudian muncul perasaan optimistis, program pemulihan Citarum dapat mencapai ultimate goal, yakni IKA 60 poin, pada tahun 2025 mendatang.
Baca Juga: Seorang Pengguna Twitter Dipecat Usai Hina Video Jokowi Tersenyum, Gibran Rakabuming Buka Suara
Rupanya, penugasan personel TNI untuk mengawal upaya pemulihan Sungai Citarum merupakan langkah tepat. Sistem komando yang dimiliki TNI, pada kenyataannya, mampu membuat sejumlah permasalahan di Sungai Citarum dapat dibereskan dalam waktu yang relatif singkat. Belum sempurna, memang. Akan tetapi, hari ini, setidaknya kita dapat menyaksikan Sungai Citarum yang jauh lebih baik.
Masalahnya, TNI tidak boleh selamanya diberi tanggung jawab untuk mengawal proses pemulihan Sungai Citarum. Suatu saat, penugasan mereka bakal berakhir. Setelah itu, estafet tanggung jawab harus diberikan ke pemerintah (pusat dan daerah) serta, tentu saja, masyarakat yang bermukim di sepanjang Sungai Citarum.
Itulah juga yang dikatakan oleh Letnan Jenderal (Purnawirawan) Doni Monardo, mantan Pangdam III/Siliwangi sekaligus salah satu pencetus program Citarum Harum.
“Tidak mungkin tentara diminta untuk terus mengawal program Citarum. Kalaupun terlibat, juga bukan di depan dan yang bertanggung jawab. TNI itu sifatnya membantu, mendukung,” katanya dalam diskusi daring, Jumat, 13 Januari 2023 malam. “Kuncinya adalah partisipasi publik”.
Artikel Pilihan