Network
Setelah gempa terjadi, barulah kita tahu persis korbannya bisa mencapai jumlah yang sangat besar.
Karena korban terjadi dalam waktu seketika, penanggulangannya dilakukan secara darurat. Korban meninggal dicari dengan segala cara. Korban yang selamat disediakan penampungan serta kebutuhannya sehari-hari.
Penanggulangan secara darurat seperti itu terbukti menimbulkan berbagai problem sosial yang cukup rumit. Pemerintah juga sering kewalahan. Dalam kondisi darurat seperti itu, pilihannya, memberikan bantuan secepat mungkin.
Apakah cara mengatasinya sebatas itu? Tentu tidak. Yang diharapkan, munculnya kesadaran bahwa lahan yang kita tempati termasuk rawan gempa.
Kalau sesar Lembang bergerak, para ahli memberikan gambaran yang berdasarkan perhitungan kajian ilmiah, dampaknya bisa mencapai Kuningan dan bahkan Pangandaran.
Kajian seperti itu sudah sering dipublikasikan. Yang menjadi persoalan, bagaimana kesadaran masyarakat untuk menghindari timbulnya bencana yang lebih besar, jika bencana alam nanti terjadi.
Kita sepakat dengan pernyataan Ajeng Maria Utami semua itu merupakan potensi bukan prediksi. Sampai sekarang, belum ada kajian ilmiah yang mampu membuat prediksi kapan dan di mana bencana akan terjadi.
Bahwa kesadaran akan kemungkinan terjadinya bencana alam, seperti gempa, banjir, dan tsunami, perlu dipahami oleh semua pihak merupakan keharusan.
Sayangnya, kita masih belum mengarah ke sana. Pelajaran geografi di sekolah misalnya, terkesan belum menganggap penting agar siswa mengetahui berbagai kemungkinan seperti itu yang bisa saja terjadi di masa depan.
Gempa bumi di Cianjur untuk kesekian kalinya telah memberikan pelajaran yang sangat berharga dan penting. Kita saksikan, pemerintah bisa dikatakan hampir kewalahan menghadapi korban bencana yang sedemikian besar serta cakupannya sangat luas.
Artikel Pilihan