TUGU batu hitam yang tegak berdiri di tepi Jalan Muchtar Raya, Kota Depok itu memiliki kisah tentang perjuangan rakyat Sawangan melawan tentara Belanda. Pada tugu tersebut tertera tulisan tentang peristiwa yang terjadi di masa perjuangan kemerdekaan 1945. "Di sini tentara NICA (Belanda) pada bulan November 1945 pernah dihancurkan oleh TKR para pemuda pejuang berserta rakyat wilayah Sawangan dalam perang kemerdekaan," demikian tulisannya. Tugu batu itu diresmikan pada 29 Desember 1979 oleh Bupati Bogor H Ayip Rughby. Kota Depok di masa peresmian tugu memang masih bergabung dan menjadi bagian dari Kabupaten Bogor.
Namun, petunjuk atau cerita rinci terkait peristiwa penghancuran tentara NICA/Belanda tersebut begitu minim. Saksi-saksi sejarah pun banyak yang telah meninggal. Menggali keterangan dari Pemkot Depok sama seperti mencari jarum di tengah tumpukan jerami karena keterbatasan literatur atau dokumentasi yang mereka miliki. Pikiran Rakyat mencoba menelisik peristiwa penghancuran tentara NICA itu dengan mendatangi Museum Perjoangan Bogor beberapa waktu. Lagi-lagi terdapat keterbatasan informasi. Di sana, informasi dan dokumentasi tugu batu perjuangan rakyat Sawangan hanya sebatas foto yang berjejer dengan foto monumen-monumen perjuangan lain di wilayah Bogor.
Pencarian informasi itu akhirnya berakhir pada Ri'an bin Ri'in (86). Ri'an adalah saksi sejarah sekaligus warga yang terbilang paling tua di Kelurahan Sawangan Baru, Kecamatan Sawangan. Pikiran Rakyat menyambangi kediaman Ri'an di kediamannya yang tak jauh dari tugu batu tersebut, Jumat 21 September 2018. Dengan ingatannya yang mulai memudar, dia masih mampu bercerita mengenai riwayat monumen yang dikenal warga sebagai Tugu Batu Sawangan.
Ri'an memulai cerita tentang suara rentetan tembakan yang memecah kesunyian Sawangan di suatu pagi. "Belanda datang dari (arah) Depok," ucapnya. Wilayah Depok yang dimaksudnya adalah kawasan Jalan Pemuda dan sekitarnya yang sempat menjadi markas tentara NICA. Ri'an yang saat itu berusia 13 tahun ketakutan. Menurutnya, warga Sawangan memilih ngumpet ketimbang menjadi sasaran peluru yang beterbangan. Menurutnya, pasuka NICA yang sebagian besar berjalan kaki dan mengunakan kendaraan tersebut tengah mengawasi pembangunan jembatan di kawasan Parung Bingung, area perbatasan Cipayung dan Sawangan.
Mereka melakukan pengawalan pembangunan akses Depok menuju Sawangan itu. "Lagi datang ngecek tentara Belanda diserang TKR," ujarnya. Ri'an mengaku tak tahu persis berapa kekuatan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan serdadu Belanda yang kena sergap. Pasalnya, warga tetap memilih bersembunyi hingga menunggu pertempuran reda. Yang jelas, bunyi senapan mesin menyalak bersahutan di wilayah Sawangan yang masih dipenuhi pepohonan karet dan sawah puluhan tahun lalu. Tentara Belanda diperkirakan terdesak oleh para pejuang saat itu. Mereka sempat meminta bantuan ke markasnya di Depok. "Ngebel (nelfon) lagi Belanda di Depok," kata Ri'an.
Bantuan dukungan membalikkan keadaan. TKR mulai mundur karena serangan baru. Penyerangan para pejuang berbuntut panjang. Tentara Belanda masuk kampung-kampung di Sawangan guna mencari para pejuang yang mundur. Terkait berapa korban yang jatuh, Ri'an mengaku tak mengetahuinya. Akan tetapi, pertempuran itu membuat seekor kerbau milik warga terkena tembakan. "Kebo (kerbau) dipotong," ucapnya. Daging kerbau akhirnya dibagikan kepada warga. Versi cerita lain yang beredar di masyarakat menyebut penyerangan dilakukan dengan menjebak kendaraan Belanda. Warga melakukan jebakan dengan menggali parit. Namun, "Ri'an tak mengonfirmasi cerita itu.
Motif lain
Ri'an menilai, kehadiran Belanda bukan sakadar ingin menguasai Sawangan semata. Lebih dari itu, Belanda berusaha mengamankan aset-aset perkebunan karet yang berada di sana. Apalagi sejak Jepang bertekuk lutut kepada Sekutu pada 1945 serta proklamasi kemerdekaan Indonesia berkumandang, pabrik karet yang berlokasi tak jauh dari Tugu Batu Sawangan dikuasai masyarakat. Warga menguasai lahan perkebunan dan sebagian melakukan penebangan karet-karet tersebut untuk dijual.
Ri'an masih mengingat nama tuan pemilik pabrik karet Sawangan yang berasal dari Belgia. Dia menyebutnya sebagai tuan Baron. Sisa peninggalan pabrik karet masih berdiri di tepi Jalan H Sulaiman, Kampung Bedahan, Kecamatan Sawangan. Peninggalan itu berupa gentong raksasa. "Dulu tempat penampungan air untu pabrik karet," kata Andi (37), warga Bedahan saat Pikiran Rakyat mendatangi lokasi itu, Minggu 23 September 2018. Sementara pabrik karetnya sudah lenyap dan berganti kompleks perumahan di sekitar gentong itu berada. Dari cerita orang tuanya, Andi membenarkan Sawangan merupakan perkebunan karet di masa lalu. Dia memperkirakan luas bisa mencapai dua hektare dari Bedahan hingga Tugu Batu Sawangan.
Pikiran Rakyat melakukan penelusuran dari sejumlah koran-koran berbahasa Belanda saat awal revolusi melalui laman delpher.nl. Satu berita singkat dari Nederlandsche Dagbladpers menuliskan peristiwa yang diduga merupakan peristiwa penyerangan itu. Tetapi koran tersebut menyebut tentara yang diserang berasal dari Inggris. "Pasukan Inggris berpatroli di sekitar Sawangan dan diserang oleh gerombolan sekitar 50 teroris, bersenjata senapa mesin dan granat tangan. Seorang pria terluka di pihak Inggris," tulis Nederlandsche Dagbladpers.
Artikel Pilihan