PERTENGAHAN April 2016, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat menggelar sayembara logo Geopark Ciletuh. Dari sekira 300 peserta, terpilihlah karya Lintang Widyokusumo sebagai pemenang.
Secara garis besar, logo tersebut menyiratkan tiga pilar utama geopark yaitu potensi keragaman geologi, biologi, dan budaya di Ciletuh dan Palabuhanratu. Tdiak dapat dimungkiri, ketiganya punya keterkaitan erat dan menyatu dengan kehidupan masyarakat di kawasan tersebut.
Lintang turut menjadi anggota rombongan kami saat menjelajah Ciletuh. Rombongan kami teridiri atas jurnalis, blogger, agen pariwisata, dan ilmuwan yang diundang Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat untuk menggali potensi wisata di Geopark Ciletuh.
Dalam sebuah perbincangan, dia bercerita bahwa dalam logo yang didesainnya, tersirat harapan akan adanya pengembangan berkelanjutan terhadap geopark yang berada di Kabupaten Sukabumi itu.
”Dalam logo, selain mencitrakan kearifan lokal, juga ada harapan agar Geopark Ciletuh terus dikembangkan dan bermanfaat di segala bidang. Ada optimisme di dalamnya. Saya pikir, itu juga harapan semua orang,” ucap Lintang.
Pembangunan jalan di Desa Ciwaru menuju objek wisata di Geopark Ciletuh
Ciletuh sudah diakui sebagai geopark nasional oleh Komite Nasional Indonesia untuk UNESCO dan Kementerian ESDM. Jika tidak ada hambatan, Geopark Ciletuh akan menjadi situs warisan dunia ke-9 milik Indonesia pada penghujung 2017 sesuai target pemerintah.
Saat ini terdapat 8 situs warisan dunia di Indonesia yaitu Taman Nasional Komodo yang ditetapkan tahun 1991, Taman Nasional Ujung Kulon (1991), Kompleks Candi Borobudur (1991), Kompleks Candi Prambanan (1991), Situs Manusia Purba Sangiran (1996), Taman Nasional Lorentz (1999), Hutan Hujan Tropis Sumatera (2004), dan Sistem Subak (2012).***
Artikel Pilihan