Ubah Limbah Tahu, dari Masalah jadi Barokah

- 13 Maret 2019, 06:00 WIB
SUASANA di pabrik Tahu Sae di Kampung Ciputri, RT 1 RW 8, Desa Langensari, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Selasa, 12 Maret 2019. Pemilik pabrik, Farid, berinisiatif membuat instalasi biogas sendiri untuk mengolah limbah produksi tahu. Ini memungkinkan limbah tidak mencemari aliran air yang berujung di Sungai Citarum.*/HENDRO SUSILO/PR
SUASANA di pabrik Tahu Sae di Kampung Ciputri, RT 1 RW 8, Desa Langensari, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Selasa, 12 Maret 2019. Pemilik pabrik, Farid, berinisiatif membuat instalasi biogas sendiri untuk mengolah limbah produksi tahu. Ini memungkinkan limbah tidak mencemari aliran air yang berujung di Sungai Citarum.*/HENDRO SUSILO/PR

 

TERUS-terusan didatangi oleh Kapten Adang, Saeful Hakim alias Farid (34) akhirnya membangun instalasi biogas di depan pabrik tahu miliknya. Limbah cair dari proses pembuatan tahu pun sekarang sudah berubah jadi air yang lebih bersih.

"Kapten Adang itu rajin datang. Seminggu datang ke sini, dua minggu datang ke sini, saya masih belum membuat pengolahan untuk limbah tahu. Sampai akhirnya saya browsing, coba-coba membuat biogas sendiri, sampai jadi," kata Farid ketika ditemui Selasa, 12 Maret 2019.

Di pabrik Tahu Sae miliknya di Kampung Ciputri, RT 1 RW 8, Desa Langensari, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Farid menceritakan latar belakang pembuatan biogas limbah tahu. Sejak membangun pabrik tahu pada 2015, dia biasa membuang limbah langsung ke saluran air. 

Seiring dengan adanya program Citarum Harum yang melibatkan unsur TNI, Farid diberikan pemahaman untuk menjaga lingkungan oleh para personel Satgas 22 Citarum Harum. Kapten Adang Kuswara termasuk yang paling rajin menyambanginya.

"Ide awalnya dari browsing di internet, lalu dicoba-coba sendiri. Habis biaya kurang lebih Rp 30 juta, ternyata berhasil. Saat pembangunan, memang sempat ada kesulitan, karena tekstur tanah di sini yang berair," kata Farid, yang dalam sehari biasa membuat tahu dari 1,5 ton kedelai itu. 
 

Tanpa peran dari pemerintah daerah, Farid mulai membuat sendiri instalasi biogas pada akhir tahun 2018. Dikerjakan dalam waktu seminggu dengan berulang kali diujicobakan, sebulan kemudian pipa-pipa gas tersambung dengan baik ke kompor di dapur rumahnya. Kalau ada modal atau bantuan, dia pun berencana membagi biogas yang dihasilkan kepada para tetangganya.

"Biogasnya untuk dipakai di dapur, buat masak sehari-hari. Lumayan lah, jadi ada pengiritan. Biasanya penggunaan elpiji itu habis Rp 1 juta dalam sebulan, sekarang sama sekali enggak ada pengeluaran," kata bapak dari tiga anak itu.

Halaman:

Editor: Eva Fahas


Tags

Artikel Pilihan


Terkini

Terpopuler

Pikiran Rakyat Media Network

Koran

Tim Futsal SDN Griba 255

24 Maret 2023, 22:35 WIB

Koran

Duta Genre

24 Maret 2023, 22:33 WIB

Koran

Tournamen Angela Cup

24 Maret 2023, 22:30 WIB
x