SEJAK berkiprah di dunia politik, Nurul Arifin praktis menanggalkan keartisannya. Kini ia lebih dikenal sebagai politisi yang kerap menyuarakan isu-isu perempuan.
Perempuan bernama lengkap Nurul Qomaril Arifin itu lahir di Bandung, 18 Juli 1966. Ia merupakan putri ke-10 dari 11 bersaudara dari pasangan Moh. Yusuf Arifin dan Anne Marie.
Mojang Bandung ini telah puluhan tahun berkarier di bidang film saat pertama kali muncul di layar lebar pada 1984 dalam film “Hati yang Perawan”. Nurul kemudian tergerak menjadi aktivis. Ia terlibat secara aktif menjadi sukarelawan untuk membantu korban AIDS, narkoba, dan kekerasan terhadap perempuan.
Keterlibatannya sebagai aktivis membawa Nurul mendapat sejumlah penghargaan, antara lain Artis Peduli AIDS dari Yayasan Pelita serta penghargaan nasional Wira Kencana dari BKKBN Pusat pada 2004. Nurul juga mendapatkan penghargaan skala internasional dari World Forum-Swiss, sebagai Young Global Leaders pada Januari 2015.

Terjun ke politik
Masuknya Nurul Arifin ke politik didasari oleh pemikirannya bahwa belum banyak perempuan yang terwakili di parlemen. Menurut dia, kepentingan perempuan kurang terwadahi dalam kebijakan atau keputusan parlemen.
Penghargaan yang diterima Nurul pada 2003 sebagai salah satu perempuan berkualitas untuk kandidat anggota legislatif versi LSM Cetro, membuat ibu dua anak itu banyak mendapat tawaran masuk partai politik. Ia memilih bergabung dengan Partai Golkar.
Terjun ke bidang politik, Nurul pun meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya dengan menempuh pendidikan ilmu politik di Universitas Indonesia pada 2004. Setelah menyelesaikan program S2, Nurul menjadi dosen ilmu politik di Universitas Nasional Jakarta.
Selang setahun setelah bergabung dengan Golkar, Nurul terpilih menjadi anggota DPR RI dan duduk di Komisi II. Nurul bertugas di parlemen selama dua periode yakni 2004-2009 dan 2009-2014.
Artikel Pilihan